Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Strategi Relative Strength Index

Pengertian Strategi Relative Strength Index


Jika dibandingkan dengan investasi, trading saham terbukti lebih rumit serta menantang. Seorang trader wajib peka menyimak keadaan global yg memengaruhi pergerakan saham. Pun  diperlukan ketepatan serta kecermatan dalam memutuskan kapan wajib membeli atau menjual surat kepemilikan modal tersebut.

Tidak sekadar mempercayakan naluri, seorang trader biasanya memakai analisis teknikal untuk menginterpretasikan fluktuasi harga yg berbentuk grafis. Dari pola yg terbentuk selagi rentang waktu tertentu, trader mampu memprediksi tren saham ke depannya.

Ada berbagai macam indikator analisis teknikal terpopuler. Salah satu yg sangat diminati merupakan Relative Strength Index (RSI). 

Apa Itu Relative Strength Index?

Indeks Kekuatan Relatif merupakan indikator teknis yg diaplikasikan dalam analisis pasar keuangan, tergolong saham. Seorang insinyur mekanik, J. Welles Wilder, menawarkan metode ini pada tahun 1978 lewat Commodities Magazine serta bukunya yg berjudul New Concepts in Technical Trading Systems.

Bermula pada tahun 1972, J. Welles Wilder dikeluarkan dari perusahaan, kemudian memutuskan berjualan di pasar modal dengan memakai pemecahan keuntungan miliknya. Sejak itulah, ia gencar mencari alat yg manjur untuk memprediksi tren keuntungan. Pencarian serta pengalaman menuntunnya untuk mengombinasikan formula matematika serta indikator. Salah satu yg akan terjadi pengembangannya yg terkenal hingga ketika ini merupakan Relative Strength Index.

Adapun RSI berperan sebagai parameter momentum, yakni mengukur pergerakan harga. Peningkatan momentum mengambarkan saham sedang dibeli dengan cara aktif, sedangkan penurunan mengindikasikan melemahnya tren saham bersangkutan.

Selain momentum, RSI juga menjadi parameter osilasi. Artinya, trader mampu mengenal apakah keadaan pasar telah mengalami overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual). Dalam skala 0-100, kualitas aset dianggap berada dalam situasi oversold ketika tak lebih dari angka 30. Sementara itu, overbought terjadi ketika kualitas RSI melebihi angka 70.

Strategi Trading Menggunakan Relative Strength Index 

Sebagaimana indikator lainnya, RSI berfungsi mendeteksi sinyal beli serta sinyal jual. Dengan berpatokan pada posisi overbought serta oversold, trader mampu menentukan kapan ia wajib bertransaksi.

Periode standar penghitungan merupakan 14, sebagaimana yg direkomendasikan oleh Welles Wilder. Trader boleh memodifikasi periode, baik menaikkan atau menurunkan. Namun, faktor tersebut akan memengaruhi sensitivitas RSI. Misalnya, periode 10 lebih cepat mencapai tingkat overbought atau oversold dibandingkan periode 20.

Lantas, bagaimana taktik memakai RSI untuk trading?

1. Aturan Beli

Langkah pertama merupakan menantikan kualitas RSI turun hingga ke area oversold, yakni di bawah 30. Pantau hingga RSI berbalik naik melebihi angka 30. 

Agar lebih meyakinkan, pastikan tersedia candlestick bullish ketika RSI lepas dari posisi oversold. Jangan terburu-buru; tunggu hingga candlestick close.

Pada pembukaan candlestick selanjutnya, perbuat entry atau beli. Tetapkan potensi kerugian atau stop loss sedikit di bawah titik swing low terakhir.

2. Aturan Jual

Pastikan kualitas RSI mencapai level di atas 70, atau overbought. Tunggu hingga RSI tersebut berbalik turun ke bawah angka 70. 

Candlestick bearish mestinya timbul ketika RSI terlepas dari keadaan jenuh beli. Seperti halnya aturan beli, candlestick juga wajib berakhir atau close terlebih dahulu. 

Pada pembukaan candlestick berikutnya, trader mampu melakukan entry atau jual. Sebagai upaya antisipasi kepada kerugian, stop loss ditempatkan sedikit di atas titik swing low terakhir.

3. Aturan Failure Swing (Gagal Ayun)

Terkadang, Relative Strength Index mengalami gagal ayun atau failure swing. Maksudnya, grafik tak berbalik arah dengan cara konsisten, namun kembali menuju titik sebelumnya lalu berbalik lagi. Ada dua macam keadaan failure swing beserta tutorial mengeksekusinya.

4. Bullish Failure Swing

Dikatakan bullish failure swing ketika posisi oversold yg mestinya semakin berbalik arah, malah kembali turun ke level 30, lalu berbalik lagi hingga melejit ke level tertinggi. Hal ini disebut sinyal reversal yg tertunda. Grafiknya membentuk kurva semacam huruf W.

Grafik yg melejit mengindikasikan sinyal beli. Stop loss ditempatkan seusai RSI turun dari level tertinggi.

5. Bearish Failure Swing

Bearish failure swing merupakan keadaan pembalikan arah yg tertunda seusai mengalami overbought. Alih-alih semakin turun ke level bawah, grafik kembali naik serta sejajar dengan overbought, lalu akhirnya turun lagi hingga ke level terbawah. Lengkungan kurva terkesan semacam huruf M.

Sinyal jual timbul ketika RSI terjun kembali ke level bawah. Ketika grafik yg terjun tersebut mulai naik lagi, stop loss mampu dipersiapkan.


Pada dasarnya, Relative Strength Index sangat mudah digunakan. Konsepnya berpatokan pada keadaan overbought serta oversold. Selama teliti serta tabah dalam memantau pergerakan, trader mampu mempercayakan indikator saham tersebut. Pun RSI tepat untuk trader yg tekun menantikan sinyal, alih-alih proaktif melakukan transaksi.